1.delegasi
kekuasaan
1. Pengertian Delegasi
Salasatu demensi pengelolaan
yang penting adalah delegasi (Delegation) secara singkat dapat dikatakan bahwa
delegasi adalah pemberian sebagaian tanggung jawab dan kewibawaan kepada orang
lain (Charles J. Keating : hal. 1991). Lebih lanjut lagi Taiylor, (1993 : 68)
Mengatakan bahwa pendelegasian adalah suatu proses untuk mengembangkan
pegawai pegawai anda. P. Jenks (1991: 45) Dalam bukunya Delegas kunci
management menyatakan bahwa Menjadi seorang delegator yang baik adalah
merupakan suatu proses belajar maupun sebagai suatu cara untuk memperoleh hasil
yang spesifik.
Jadi dengan mengadakan delegasi itu
kita mengakui bahwa kita membutuhkan bantuan orang lain dalam mengemban
tanggung jawab kita, mengajak orang lain untuk ikut serta
dalam kerja kita dan memberikan kepadanya bagian dari tugas tugas kita, kita
memberikan kepadanya kekuasaan untuk melaksanakan tugas itu. Kita
menciptakan tanggung jawab pada orang yang kita beri delegasi itu
dalam hubungan dengan kita sejajar dengan pertanggung jawaban kita kepada
atasan kita, Bila kita mengadakan delegasi kita minta kepada orang lain agar
ikut serta memikul sebagai tanggung jawab dari tugas tugas kita. Kita memberi
kepada kewibawaan, hak untuk membuat keputusan di bidang yang ada dalam
lingkup tugas yang kita berikan kepadanya.
Defenisi dan makna delegasi penulis
dapat merumuskan bahwa, Delegasi adalah pemberian otorisasi atau kekuasaan
formal dan tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan tertentu kepada orang
lain. Pelimpahan otoritas oleh atasan kepada bawahan diperlukan agar organisasi
dapat berfungsi secara efisien karena tak ada atasan yang dapat mengawasi
secara efisien karena tak ada atasan yang dapat mengawasi secara pribadi setiap
tugas-tugas organisasi. Menurut taylor tujuan dari pendelegasian suatu tugas
tidaklah meguji bawahan inilah bukan pertanyaan ”kerjakan atau mati” delegasi
meskipun demikian memberikan petunjuk atas kekuatan dan kelemahan dari
orang yang diberi delegasi.
CARA MENJALANKAN DELEGASI
Dalam menjalankan delegasi,
kita sebagai pemimpin kepala sekolah sering ragu ragu dalam menjalankan
delegasi, sebab ada hal hal yang sering kita mendelegasikan pekerjaan itu
kepada orang lain mempunyai rasa takut, ada resiko sebab ada perbedaan
dan jarak antara kita dan orang yang kita serahi delegasi. Tetapi rasa takut
itu tidak perlu menindakan pentingnya delegasi. Ada unsuur unsur yang
menyangkut dengan delegasi
- apa yang diberi didelegasikan
- saling terbuka antara diberi delegasi dan menerima delegasi
- transparansi tentang delegasi
- ada harapan yang diserahi delegasi
- kekuasaan yang di serahi sepenunya
- pengawasan yang wajar
- orang yang di serahi delegasi
TUGAS YANG PERLU DI DELEGASIKAN
Taiylor, (1993 : 55-66) mengatakan
Sepertinya sanagat meringankan beban kerja dan di beri tugas kepada bawahan
mana secara potensial dapat didelegasikan kepada bawahan mana secara
potensial dapat didelegasikan kepada bawahan dan mana yang tidak :
- manfaat yang didelegasikan masing-masing tugas yang termasuk dalam ketagori tugas ini perlu di perimbangkan
- pekerjaan rutin
- pekerjaan yang merupakan harus
- pekerjaan yang terlalu banyak
- hal-hal yang khusus
- pekerjaan terus menerus sama
- proyek-proyek yang menyenangkan
TIDAK BOLEH DI DELEGASIKAN
- Upacara
- Menentukan kebijakan
- Masalah-masalah perssonalia yang khusus
- Krisis
- Masalah-masalah rahasia
BERBAGI KEKUASAAN DAN MEMBERI
WEWENANG
Delegasi berarti bahwa pemberian
wewenang dan delegasi merupakan konsep yang paling utama. Sehingga dapat
membentuk staf/atau guru guru /bawahan dalam organisasi (sekolah) untuk dapat
meningkatkan kinerja. Hal ini kepala sekolah telah berbagi wewenang dengan
bawahan dengan cara memberikan kesempatan untuk membuat.
Dalam pelimpahan ini juga sebagai
motivasi yang ingin maju, untuk menambah keahlian, memperluas pengalam kerja
dan ingin di beri tanggung jawab lebih oleh atasanya
Delegasi sebagai bentuk
penegembangan kerja yang informal dapat membantu, mengontrol ambisi yang
berlebihan. Teori motivasional mengagap delegasi sebagai alat motivasi yang
bagus sekali karena delegasi :
- membantu untuk memeuaskan ego kebutuhan akan penghargaan (Abraham Maslow).
- memberikan karyawan kesempatan untuk berkembang dalam pekerjaan yang mereka lakukan sekarang (Feredik Herzberg)
- merupakan wujud kepercayaan dan percaya diri, yang merupakan inti dari manejer Teori Y (Douglas McGregor)
PILIH ORANG YANG TEPAT
Sperti kita ketahui bahwa, delegasi
lebih dari sekedar memberikan orang untuk mengerjakan sesuatu. Dengan mengikuti
cara pemlihan orang yang tepat dan teratur dan bijak, memilih bawahan dengan
keahlian yang paling cocok dengan pekerjaanya, atau memilih staf atau karyawan
yang sekiranya akan mendapatkan pengalaman yang berguna dari pekerjaan yang
didelegasikan.
Untuk suatu pekerjaan yang berbobot
pastikan bahwa anda mnunjukan betapa pentingnya pekerjaan tersebut bagi
organisasi. Departemen, sekolah atau instansi jangan beranggapan bahwa anda
akan secara otomatis memahami atau menghargai impas jangka panjang dari
pekerjaan tersebut. Hal tersebut banyak memberikan konstribusi tersembunyi
seperti :
- meningkatkan keahlian karyawan
- melengkapi kemampuan tim
- menunjukan sala satu area yang di targetkan untuk mengembangkan untuk rencana pengembangan karer
- bantulah kariawan atau staf memperoleh pengalaman sehingga siap menghadapi masaalah saat terjadi persoalan dalam pekerjaan.
Ada 4 hal yang harus diperhatikan
dalam proses delegasi kekuasaan sehingga dapat berjalan efektif keempat
hal tersebut adalah :
- Dalam pemberian suatu delegasi kekuasaan atau tugas harus lah dibarengi dengan pemberian tanggung jawab.
- Kekuasaan yang didelegasikan harus pada orang yang tepat baik dari segi kualifikasi maupun segi fisik.
- Mendelegasikan kekuasaan pada seseorang juga harus dibarengi dengan pemberian motivasi.
- Pimpinan yang mendelegasikan kekuasaannya harus membimbing dan mengawasi orang yang menerima delegasi tersebut.
Dengan demikian pendelegasian
kekuasaan mempunyai manfaat ganda diantaranya adalah:
- Pimpinan dapat lebih fokus pada tujuan dan pekerjaan pokoknya.
- Putusan dapat dibuat dengan lebih cepat dan pada unit yang tepat.
- Inisiatiif dan rasa tanggung jawab bawahan dapat dimotivasi.
- Mendidik dan mengembangkan bawahan sehigga mampu diberi beban tugas yang lebih besar dan berat lagi nantinya.
DELEGASI KEKUASAAN
Manajemen oleh delegasi kekuasaan
dengan mendelegasikan pengelolaan transfer ke orang lain, pada tingkat lebih
rendah kewenangan manajemen formal dan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas
tertentu., tugas dan tanggung jawab rutin dan operasional tetapi tidak tugas
strategis.
Kekuasaan atau power berarti suatu
kemampuan untuk mempengaruhi orang atau merubah orang atau situasi
KEKUASAAN
Kekuasaan dan keagungan berada
diantara kesenangan setiap orang (Russel, 1938), dimana semua kesenangan dapat
berada diatas segalanya hanya melalui kekuasaan (Nietzelsche,.1929). karena
kekuasaan orang menjadi koruptor, dimana kewenangan dapat menjadikan orang
leluasa membuat penyimpangan (Sennet, 1980), serta dengan kekuasaan orang akan
mudah membuat kebobrokan dan kesalahan yang tidak menyenangkan orang lain pada
umumnya (Niebuhr, 1949).
Dengan kekuasaan membuat orang
memiliki wewenang untuk melakukan sesuatu di dalam kelompok yang mengakui
kekuasaan tersebut, baik di dalam kelompok atau organisasi ssosial dan politik
kemasyarakatan serta kelompok usaha bisnis. Kekuasaan itu memberi seseorang
legitimasi untuk bertindak, dengan alasan pengamanan kepentingan kelomopok,
kadang-kadang tidak dapat dibedakan dengan manajemen modern, definisi kekuasaan
ini sudah mulai dipilih secara detail dan transparan, untuk mengukur hasil
sesuatu kekuasaan yang harus dipertanggung jawabkan kepada pemberi kuasa,
apakah kekuasaan dipergunakan sesuai dengan maksudnya kekuasaan atau tidak.
Pertanggung jawaban (accountability) yang transparan maksudnya adalah supaya
pertanggungjawaban pemegang kekuasaan dapat dilegitimasi oleh khalayak
masyarakat dan kelompok yang ada, apakah sudah sesuai azas manfaat (utilities)
dan azas kepentingan public (public walfare). Pengertiannya bahwa pemegang
kekuasan menurut manajemen modern bukan hanya bertanggung jawab secara
material, tetapi juga bertanggung jawab secara moral etika (ethic).
Berdasarkan teori organisasi
dinyatakan, ada bentuk kekuasaan yang ada didalam suatu bentuk struktur
organisasi, antara lain kekuasaan paksaan (coersive power), kekuasaan imbalan
(reward power), kekuasaan yang legitimet (legitimate power), kekuasaan yang
direkomendasi (reffernce power), dan kekuasaan karena keahlian (expert power),
serta kekuasaan perwakilan (representatife power). Selanjutnya kekuasaan dapat
dilihat berdasarkan jalur hirakhi, seperti kekuasaan atas dan kebawah (vertical
power), serta kesamaping (lateral and diagonal power).
1. Kekuasaan Paksaan (Coersive
Power)
Kekuasaan yang dengan paksaan pada
dasarnya merupakan uasaha atasan terhadap bawahannya untuk melaksanakan
usaha menyelesaikan pekerjaan. Mereka akan dihukum dan dibuat frustasi apabaila
tidak meyelesaikan pekerjaanya. Sebagai contoh, diiliustrasikan bahwa karayawan
suatu perusahaan akan merasa takut dan bersalah apabila terlambat masuk
bekerja, jika ketentuan aturan tentang disiplin kerja menyatakan demikian, maka
setiap karyawanyang dating terlambat tidak akan dibayar uang makan dan
pengganti biaya transpor. Setiap kali dating bekerja, karyawan yang dating
terlambat akan ketakutan apabila melihat bagian personalia beridiri di depan
pencatat absen, dengan demikian, selnjutnya karyawan tersebut akan berusaha
hadir ditempat kerja tepat waktu dan tidak terlambat, akibat paksaan oleh
aturan dan disiplin tersebut. Secara positif kekuasaan paksaan ini dapat
dipergunakan pada kondisi dimana
karyawan belum memiliki tingkat kognisi
yang memadai. Apabila kognisi karyawan semakin baik peningkatannya, maka efeksi
atau perasaan sudah dapat mempertimbangkan sikap yang akan menjadi gambaran
perilakunya, kondisi ini dapat dilakukan apabila ada program pendidikan dan
pelatihan.
2. Kekuasaan Imbalan (Reward Power)
Kekuasaan yang terbentuk karena
pemberian imbalan merupakan dasar bagi pengikut (bawahan) yang mempengaruhi
kapasitas kerja mereka sesuai dengan besarnya imbalan yang diterima. Imbalan
dapat membuat kepuasaan bawahan untuk beberapa pemenuhan kebutuhannya. Sebagai
contoh, seseorang pekerja digaji sebesar lima ratus ribu rupiah untuk
memproduksi 1000 unit barang, ternyata dapat dilakukan dengan baik. Kemudian
pekerja tersebut dijanjikan tambahan insentif sebesar duaratus lima puluh ribu
rupiah lagi, tetapi harus dapat menambah produksi sebesar 750 unit lagi barang,
dan ternyata masih dapat terselesaikan dengan baik. Pada akhirnya, pekerja
dijanjikan tambahan sebesar dua ratus lima puluh ribu rupiah lagi untuk
tambahan produksi barang sebesar 750 unit barang, terakhir ini masih masih
dapat dipenuhinya, tetapi sudah dengan daya yang paling maksimal. Apabila
ditotal dengan imblan sebesar satu juta rupiah dapat memproduksi 2500 unit
barang, sedang apabila hanya dibayar lima ratus ribu rupiah dia hanya dapat
memproduksi 1000 unit barang saja, tetapi belum dalam kondisi kapasitas yang
maksimal.
Dengan demikian, kekuasaan dengan
imbalan dapat mempengaruhi orang untuk mengikuti perintah atasannya, apabila
dapat imbalan meningkat, maka kekuasaan yang dimiliki atasan kadarnya lebih
kuat dan sangat berpengaruh sebagai akibat dimana peningkatan imblan ini dapat
membuat tingkat kepuasan meningkat untuk sementara. Pengaruh dari kekuasaan
berdasrakan paksaan dan pemberian imbalan memiliki landasan berdasarkan proses
yang dipengaruhinya. Maksudnya, bahwa kekuasaan tersebut dapat terbentuk
apabila mempunyai tingkat kebutuhan yang dapat mempengaruhi tuntutan pekerja,
sehingga pengakuan atas kekuasaan karena paksaan dan imbalan dapat terjadi.
Semakin tinggi paksaan yang dilakukan, maka kuantitas dan kualitas imbalan juga
akan semakin besar. Sebaliknya, apabila unsure paksaan tidak terlalu kuat,
biasanya akan diikuti imbalan yang tidak terlalu menjanjikan. Keadaan seperti
ini berlaku untuk setiap keadaan, tetapi hanya berlaku pada kondisi yang
didiuraikan sebelumnya,
.3. Kekuasaan Dilegitimasi
(Legitimate Power)
Seorang raja dipatuhi disebabkan dia
adalah raja, dimana dia dapat meyakinkan rakyatnya bahwa dia dikatakan untuk
menjalankan perintah tuhan, seperti Raja Mesir; karena dia percaya kepada tuhan
(Friederich, 1958). Selanjutnya; “ Biarkan setiap orang menyebutkan dirinya
telah mendapat kekuasaan, dan tidak akan mendapat ekekuatan tanpa penobatan
dari Tuhan” (Roma, 13 ayat 1).
Falsafah-falsafah tersebut diatas
menggambarkan bahwa kekuasaan harus direspons oleh pihak pengikutnya, apabila
tidak ada respons dari pengikutnya, maka kekuasaan itu dikatakan hampa atau
tanpa wibawa.
Seorang prajurit akan merespons
posisi komandan karena pangkatnya lebih tinggi. Pada system tradisional,
seorang pengikut akan selalu merespons pimpinannya (Peabdy, 1964). Maksudnya;
ditujukan kepada siapapun bahwa pengaruh seseorang adalah diasosialisasikan
sebagai prediksi dari keunggulan yang besar dari penggunaan kekuasaan yang
harus dilegitimasi secara tradisional.
4. Kekuasaan Referensi
Pengaruh yang didasari atas
rekomendasi dari kepercayaan yang tersembunyi didalam diri seorang pemimpin
besar disebut sebagai “Kharisma” (Weber, 1964). Sebaga contoh, Napoleon
Bonaparte atau Joan of Arc merupakan pemimpin yang kharismatik yang diakui oleh
pengikutnya serta merupakan pemberian tuhan.
Kepemimpinan terbentuk karena bentuk
kepribadian yang ditampilkannya dapat memberi gambaran pada pengikutnya tentang
pemenuhan pengharapan pengikutnya. Penampilan bukan kenyataan; bahwa kekuasaan
pemimpin yang kharismatik adalah hubungan dan perilaku dengan performa.
Kemampuan untuk mencapai sukses, dan dapat mengatasi kelemahan dan kegagalan
yang berkelanjutan adalah bukan mistik, tetapi merupakan bentuk rekomendasi
dari kekuasaan yang sudah mulai memudar (Mintzberg, 1984). Kharisma dapat
membentuk penampilan yang menciptakan performa bagi seorang pemimpin di dalam
mengatasi kegagalan dan kelemahan yang dimilki.
5. Kekuasaan Keahlian (Expert Power)
Gambaran dari para manajer yang
berskala internasional adalah dapat membuat strategi yang istimewa untuk
mengatasi pengaruh-pengaruh yang sangat dominan terhadap setiap permasalahan.
Dengan pendekatan pada pengaruh, diikuti dengan respons yang menyebabkan yang
sangat diyakini seorang pemimpin, akan dapat diketahui apa yang akan dikatakan;
seberapa besar penyebab yang mempengaruhi disbanding kemampuan yang dimiliki
untuk mengetahui pengaruh itu (Albanese, 1973).
Kepercayaan dari pengikut dapat
terjadi sebagai akibat dari pengaruh strategi kepemimpinan untuk menciptakan
popularitas, yang kemudian menjelma menjadi kepercayaan yang sangat kuat bagi
pengikutnya, serta kemampuannya untuk meyakinkan atasannya dengan keahlian
kepemimpinannya. Seperti dijelaskan pada
gambar 46 pada halaman berikutnya.
Keahlian manajer memposisikan diri dapat dilihat dari dua sisi, yaitu ketika
dia dipengaruhi atasannya sendiri (top manajemen), dan ketika dia mempengaruhi
bawahannya. Ketika manajer dipengaruhi atasannya langsung maka : pertama;
apabila dia dapat bergabung dengan konsep atasannya tersebut, antara lain
mengikuti terus kemauan atasannya, dia akan menjadi sangat popular dihadapan
atasannya itu. Kedua; apabila
manajer hanya bersikap ramah, tetapi tidak secara penuh merespons konsep
atasannya, dia masih popular, tetapi kepopulerannya tidak sekuat kondisi
pertama tadi. Ketiga; apabila manajer mulai mengadakan posisi tawar menawar
dengan atasannya, dia mulai tidak popular lagi dihadapan atasannya. Keempat;
apabila sikap manajer mulai tegas dengan pendiriannya, untuk menilai konsep
atasannya, maka dia semakin tidak popular lagi dihadapan atasannya. Terakhir;
manajer bertindak dengan kewenangan penuh sesuai uraian tugas dan tanggung
jawabnya (job describition), didalam menilai konsep atasannya, maka sikap dan
penilaian atasannya terhadap manajer tersebut sudah benar-benar tidak popular
lagi, disebabkan kemungkinan akan banyak perintah atasan yang tidak harus
dilakukan apabila manajer menilaikan berdasarkan tugasnya.
a. Keahlian Menganalisis Risiko
Pada umumnya pasien (orang sakit)
akan lebih yakin dan percaya apabila berobat ke dokter yang telah berpengalaman
(specialist), yang telah meiliki rekor penyembuhan orang sakit, dibandingkan
kepada dokter yang baru yang belum banyak pengalaman. Demikian juga pengikut
(bawahan), akan lebih mengakui pimpinannya apabila pimpinan itu telah banyak
pengalaman dan mampu untuk menganalisis serta memperhitungkan risiko yang
mungkin terjadi, umpamanya memperkecil risiko kecelakaan kerja serta memperkecil
kerugian materi bagi bawahannya.
b. Meyakinkan Pengikut (Bawahan)
Pemimpin yang mampu meyakinkan
pengikutnya (bawahan) secara rasional akan dapat menjelaskan bagaimana
kativitas harus dilakukan dengan suatu performa yang minimal harus dimilki.
Pengikut akan mematuhi atasannya apabila pengikut diberi pengertian serta alas
an mengapa di dalam pelaksanaan sesuatu tugas dibutuhkan suatu kesepakatan
didalam menentukan sasaran dan tujuan dari kelompoknya.
6. Kekuasaan Perwakilan
(Representative Power)
Kekuasaan perwakilan (representative
power) merupakan kekuasaan yang diperoleh karena pemegang kekuasaan tersebut
dipercaya kelompok sebagai delegasi untuk menyelesaikan tuntutan dan harapan
pengikutnya. Pendelegasian kekuasaan kepada pimpinan dimungkinkan sepanjang
bawahan mengetahui batas kemampuan pimpinan yang dilegitimasi tersebut.
Sebaliknya, apabila bawahan sudah mengetahui kemampuan dari pimpinan itu tidak
layak untuk menerima delegasi kekuasaan, maka kelompok atau pengikut akan
menarik kepercayaannya dan tidak lagi mengakui kekuasaan pemimpin itu.
No comments:
Post a Comment