PENGERTIAN KOMUNIKASI
Kata atau istilah komunikasi (dari
bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya
adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada
kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna
‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan
untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis
merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada
orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi
adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16)
mengenai komunikasi manusia yaitu:
Human communication is the process
through which individuals –in relationships, group, organizations and
societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one
another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan
individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat
yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu
sama lain.
Untuk memahami pengertian komunikasi
tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif dalam Effendy(1994:10) bahwa
para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh
Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of
Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk
untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai
berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas
menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari
pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:
1.
Komunikator (siapa yang mengatakan?)
2.
Pesan (mengatakan apa?)
3.
Media (melalui saluran/ channel/media apa?)
4.
Komunikan (kepada siapa?)
5.
Efek (dengan dampak/efek apa?).
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell
tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator
membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran
tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.
A. PROSES KOMUNIKASI
Berangkat dari paradigma Lasswell,
Effendy (1994:11-19) membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Proses
komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer
adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer
dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal
(kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara
langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada
komunikan.
Seperti disinggung di muka,
komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima
oleh komunikan. Dengan kata lain , komunikasi adalah proses membuat pesan yang
setala bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama
komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan disampaikan kepada
komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaannya
ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan.
Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan (decode) pesan dari
komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan
atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang penting dalam
proses penyandian (coding) adalah komunikator dapat menyandi dan komunikan
dapat menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna).
Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1994)
menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila
pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of
reference) , yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences
and meanings) yang diperoleh oleh komunikan. Schramm menambahkan, bahwa bidang
(field of experience) merupakan faktor penting juga dalam komunikasi. Jika
bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan,
komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang pengalaman
komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul
kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Sebagai contoh seperti yang
diungkapkan oleh Sendjaja(1994:33)yakni : Si A seorang mahasiswa ingin
berbincang-bincang mengenai perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan
pertumbuhan ekonomi. Bagi si A tentunya akan lebih mudah dan lancar apabila
pembicaraan mengenai hal tersebut dilakukan dengan si B yang juga sama-sama
mahasiswa. Seandainya si A tersebut membicarakan hal tersebut dengan si C,
sorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses komunikaasi tidak akan berjalan
sebagaimana mestinya seperti yang diharapkan si A. Karena antara si A dan si C
terdapat perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan, pengalaman, budaya,
orientasi dan mungkin juga kepentingannya.
Contoh tersebut dapat memberikan
gambaran bahwa proses komunikasiakan berjalan baik atau mudah apabila di antara
pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya apabila kita ingin
berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita harsu mengolah dan
menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat
pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata
lain komunikator perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan budaya
dari komunikan.
2. Proses
komunikasi sekunder
Proses komunikasi secara sekunder
adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang
sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan
media ke dua dalam menyampaikan komunikasike karena komunikan sebagai sasaran
berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon,
teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua
yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu
menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar,
televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.).
B. KONSEPTUAL KOMUNIKASI
Deddy Mulyana (2005:61-69)
mengkategorikan definisi-definisi tentang komunikasi dalam tiga konseptual
yaitu:
1. Komunikasi
sebagai tindakan satu arah.
Suatu pemahaman komunikasi sebagai
penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang
(sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui
media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi.
Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila
diterapkan pada komunikasi tatapmuka, namun tidak terlalu keliru bila
diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya jawab.
Pemahaman komunikasi dalam konsep ini, sebagai definisi berorientasi-sumber.
Definisi seperti ini mengisyaratkan komunikasi semua kegiatan yang secara
sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan
respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang
disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti
menjelaskan sesuatu sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan
sesuatu.
Beberapa definisi komunikasi dalam
konseptual tindakan satu arah:
a. Everet
M. Rogers: komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku.
b. Gerald
R. Miller: komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan
kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.
c. Carld
R. Miller: komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang
(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk
mengubah perilaku orang lain (komunkate).
d. Theodore
M. Newcomb: Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi
informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada
penerima.
2. Komunikasi
sebagai interaksi
Pandangan ini menyetarakan
komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya
bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seorang
penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau nonverbal, kemudian orang
pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan balik dari orang
kedua, dan begitu seterusnya.
Contoh definisi komunikasi dalam
konsep ini, Shanon dan Weaver (dalam Wiryanto, 2004), komunikasi adalah
bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau
tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk pada bentuk komunikasi verbal,
tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni , dan teknologi.
3. Komunikasi
sebagai transaksi
Pandangan ini menyatakan bahwa
komunikasi adalah proses yang dinamis yang secara sinambungan mengubah
phak-pihak yang berkomunikasi. Berdasrkan pandangan ini, maka orang-orang yang
berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan
menafsirkan pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan atau pesan
nonverbal.
Beberapa definisi yang sesuai dengan
konsep transaksi:
a. Stewart
L. Tubbs dan Sylvia Moss: Komunikasi adalah proses pembentukan makna di
antara dua orang atau lebih.
b. Judy
C. Pearson dan Paul E. Nelson: Komunikasi adalah proses memahami
danberbagi makna.
c. William
I. Gordon : Komunikasi adalah suatu transaksi dinamis yang melibatkan
gagasan dan perasaan.
d. Donald Byker dan Loren J. Anderson: Komunikasi adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih.
d. Donald Byker dan Loren J. Anderson: Komunikasi adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih.
C. FUNGSI KOMUNIKASI
William I. Gorden (dalam Deddy
Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu:
1. Sebagai
komunikasi sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi
sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun
konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh
kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat
komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan hubungan orang lain.
Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga,
kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa, …, negara secara keseluruhan)
untuk mencapai tujuan bersama.
a. Pembentukan
konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai diri kita, dan itu
hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada
kita. Melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja
mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita merasakan siapa kita. Anda
mencintai diri anda bila anda telah dicintai; anda berpikir anda cerdas bila
orang-orang sekitar anda menganggap anda cerdas; anda merasa tampan atau cantik
bila orang-orang sekitar anda juga mengatakan demikian. George Herbert Mead
(dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994) mengistilahkan significant
others (orang lain yang sangat penting) untuk orang-orang disekitar kita
yang mempunyai peranan penting dalam membentuk konsep diri kita. Ketika kita
masih kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang yang
tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan W.J. Humber (1966)
menamai affective others, untuk orang lain yang dengan mereka kita
mempunyai ikatan emosional. Dari merekalah, secara perlahan-lahan kita
membentuk konsep diri kita. Selain itu, terdapat apa yang disebut dengan
reference group (kelompok rujukan) yaitu kelompok yang secara emosional
mengikat kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Dengan
melihat ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan
ciri-ciri kelompoknya. Kalau anda memilih kelompok rujukan anda Ikatan
Dokter Indonesia, anda menjadikan norma-norma dalam Ikatan ini sebagai ukuran
perilaku anda. Anda juga meras diri sebagai bagian dari kelompok ini, lengkap
dengan sifat-sifat doketer menurut persepsi anda.
b. Pernyataan
eksistensi diri. Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah
yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri.
Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri terlihat jelas misalnya pada penanya
dalam sebuah seminar. Meskipun mereka sudah diperingatkan moderator untuk
berbicara singkat dan langsung ke pokok masalah, penanya atau komentator itu
sering berbicara panjang lebarm mengkuliahi hadirin, dengan argumen-argumen
yang terkadang tidak relevan.
c. Untuk
kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan. Sejak lahir,
kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus
berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti
makan dan minum, dan memnuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan
kebahagiaan. Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama kita sebagai manusia,
dan untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan
hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan
yang baik dengan orang lain. Abraham Moslow menyebutkan bahwa manusia punya
lima kebutuhan dasar: kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial,
penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan yang lebih dasar harus
dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebuthan yang lebih tinggi diupayakan. Kita
mungkin sudah mampu kebuthan fisiologis dan keamanan untuk bertahan hidup. Kini
kita ingin memenuhi kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri.
Kebutuhan ketiga dan keempat khususnya meliputi keinginan untuk memperoleh rasa
lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan
menerima persahabatan. Komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan
memberi informasi yang dibutuhkan, untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain,
mempertimbangkan solusi alternatif atas masalah kemudian mengambil keputusan,
dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan.
2. Sebagai
komunikasi ekspresif
Komunikasi berfungsi untuk
menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut
terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang,
peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat
disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekpresif lewat
perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai
kepala anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat,
mengepalkan tangan seraya melototkan matanya, mahasiswa memprotes kebijakan
penguasa negara atau penguasa kampus dengan melakukan demontrasi.
3. Sebagai
komunikasi ritual
Suatu komunitas sering melakukan
upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut
para antropolog sebaga rites of passage, mulai dari upacara kelahiran,
sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain-lain. Dalam
acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu
yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang,
misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan
lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal,
juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk
komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi
keluarga, suku, bangsa. Negara, ideologi, atau agama mereka.
4. Sebagai
komunikasi instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai
beberapa tujuan umum, yaitu: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah
sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur.
Sebagai instrumen, komunikasi tidak
saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk
menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunika membuat kita peka terhadap
berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja
lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi
sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik
tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek
misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh
simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain
dapat diraih dengan pengelolaan kesan (impression management), yakni
taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral janji,
mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk
menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan.
Sementara itu, tujuan jangka panjang
dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding,
berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu (jangka pendek dan
panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan itu
secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa
keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan,
penghormatan sosial, dan kekayaan.
Berkenaan dengan fungsi komunikasi
ini, terdapat beberapa pendapat dari para ilmuwan yang bila dicermati saling
melengkapi. Misal pendapat Onong Effendy (1994), ia berpendapat fungsi
komunikasi adalah menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan
mempengaruhi. Sedangkan Harold D Lasswell (dalam Nurudin, 2004 dan Effendy,
1994:27) memaparkan fungsi komunikasi sebagai berikut:
1. Penjajagan/pengawasan
lingkungan (surveillance of the information) yakni penyingkapan
ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai masyarakat.
2. Menghubungkan
bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya .
3. Menurunkan
warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.
D. RAGAM TINGKATAN
KOMUNIKASI ATAU KONTEKS-KONTEKS
KOMUNIKASI
Secara umum ragam tingkatan
komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi
intrapribadi (intrapersonal communication) yaitu komunikasi yang
terjadi dalam diri seseorang yang berupa proses pengolahan informasi melalui
panca indera dan sistem syaraf manusia.
2. Komunikasi
antarpribadi (interpersonal communication) yaitu kegiatan komunikasi
yang dilakukan seseorang dengan orang lain dengan corak komunikasinya lebih
bersifat pribadi dan sampai pada tataran prediksi hasil komunikasinya pada
tingkatan psikologis yang memandang pribadi sebagai unik. Dalam komunikasi ini
jumlah perilaku yang terlibat pada dasarnya bisa lebih dari dua orang selama
pesan atau informasi yang disampaikan bersifat pribadi.
3. Komunikasi
kelompok (group communication) yaitu komunikasi yang berlangsung di
antara anggota suatu kelompok. Menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner
dalam Sendjaja,(1994) memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi
tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan
yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan
masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota
lainnya dengan akurat.
4. Komunikasi
organisasi (organization communication) yaitu pengiriman dan
penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal
dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005:52).
5. Komunikasi
massa (mass communication). Komunikasi massa dapat didefinisikan
sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audien yang
tersebar, heterogen, dan anonim melalui media massa cetak atau elektrolik
sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Kemudian
Mulyana (2005:74) juga menambahkan konteks komunikasi publik. Pengertian
komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah
besar orang (khalayak). Yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi
demikian sering juga disebut pidato, ceramah atau kuliah (umum). Beberapa pakar
komunikasi menggunakan istilah komunikasi kelompok besar (large group
communication) untuk komunikasi ini.
E. KEGUNAAN BELAJAR ILMU KOMUNIKASI
Mengapa kita mempelajari ilmu
komunikasi ?Ruben&Steward, (2005:1-8) menyatakan bahwa :
1. Komunikasi
adalah fundamental dalam kehidupan kita.
Dalam kehidupan kita sehari-hari
komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Kita tidak bisa tidak
berkomunikasi.tidak ada aktifitas yang dilakukan tanpa komunikasi, dikarenakan
kita dapat membuat beberapa perbedaan yang esensial manakala kita berkomunikasi
dengan orang lain.Demikian pula sebaliknya, orang lain akan berkomunikasi
dengan kita ,baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang. Cara kita
berhubungan satu dengan lainnya, bagimana suatu hubungan kita bentuk, bagaimana
cara kita memberikan kontribusi sebagai anggota keluarga, kelompok, komunitas,
organisasi dan masyarakat secara luas membutuhkan suatu komunikasi.Sehingga
menjadikan komunikasi tersebut menjadi hal yang sangat fundamental dalam
kehidupan kita.
2. Komunikasi
adalah merupakan suatu aktifitas komplek.
Komunikasi adalah suatu aktifitas
yang komplek dan menantang. Dalam hal ini ternyata aktifitas komunikasi
bukanlah suatu aktifitas yang mudah. Untuk mencapai kompetensi komunikasi
memerlukan understanding dan suatu ketrampilan sehingga komunikasi yang
kita lakukan menjadi efektif. Ellen langer dalam Ruben&Stewat( 2005:3)
menyebut konsep mindfulness akan terjadi ketika kita memberikan
perhatian pada situasi dan konteks, kita terbuka dengan informasi baru dan kita
menyadari bahwa ada banyak perspektif tidak hanya satu persepektif di kehidupan
manusia.
3. Komunikasi
adalah vital untuk suatu kedudukan/posisi yang efektif.
Karir dalam bisnis, pemerintah, atau
pendidikan memerlukan kemampuan dalam memahami situasi komunikasi,
mengembangkan strategi komunikasi efektif, memerlukan kerjasama antara satu
dengan yang lain, dan dapat menerima atas kehadiran ide-ide yang efektif
melalui saluran saluran komunikasi. Untuk mencapai kesuksesan dari suatu
kedudukan/ posisi tertentu dalam mencapai kompetensi komunikasi antara lain
melalui kemampuan secara personal dan sikap, kemampuan interpersonal, kemampuan
dalam melakukan komunikasi oral dan tulisan dan lain sebagainya.
4. Suatu
pendidikan yang tinggi tidak menjamin kompetensi komunikasi yang baik.
Kadang-kadang kita menganggap bahwa
komunikasi itu hanyalah suatu yang bersifatcommon sense dan setiap orang
pasti mengetahui bagaimana berkomunikasi. Padahal sesungguhnya banyak yang
tidak memilki ketrampilan berkomunikasi yang baik karena ternyata banyak
pesan-pesan dalam komunikasi manusia itu yang disampaikan tidak hanya dalam bentuk
verbal tetapi juga nonverbal, ada ketrampilan komunikasi dalam bentuk tulisan
dan oral, ada ketrampilan berkomunikasi secara interpersonal, ataupun secara
kelompok sehingga kita dapat berkolaborasi sebagai anggota dengan baik, dan
lain-lain. Kadang-kadang kita juga mengalami kegagalan dalam berkomunikasi.
Banyak yang berpendidikan tinggi tetapi tidak memilki ketrampilan berkomunikasi
secara baik dan memadai sehingga mengakibatkan kegagalan dalam berinteraksi
dengan manusia lainnya. Sehingga komunikasi itu perlu kita pelajari.
5. Komunikasi
adalah populer.
Komunikasi adalah suatu bidang yang
dikatakan sebagai popular. Banyak bidang-bidang komunikasi modern sekarang ini
yang memfokuskan pada studi tentang pesan, ada juga tentang hubungan antara komunikasi
dengan bidang profesiponal lainnya termasuk hukum, bisnis, informasi,
pendidikan, ilmu computer, dan lain-lain. Sehingga sekarang ini komunikasi
sebagai ilmu social/perileku dan suatu seni yang diaplikasikan. Disiplin ini
bersifat multidisiplin, yang berkaitan dengan ilmu-ilmu lain seperti psikologi,
sosiologi, antroplogi, politik, dan lain sebagainya
Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah bagaimana
sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat dapat
menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya.
Proses Komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yag efektif
(sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).
Proses Komunikasi, banyak melalui
perkembangan. Pada penjelasan ini, akan dijelaskan berbagai proses komunikasi
melalui model-model komunikasi itu sendiri :
1. Model
Komunikasi Aristoteles
Aristoteles menerangkan tentang model komunikasi dalam bukunya Rhetorica, bahwa setiap komunikasi akan berjalan jika terdapat 3 unsur utama :
Aristoteles menerangkan tentang model komunikasi dalam bukunya Rhetorica, bahwa setiap komunikasi akan berjalan jika terdapat 3 unsur utama :
1. Pembicara,
yaitu orang yang menyampaikan pesan
2. Apa
yang akan dibicarakan (menyangkut Pesan nya itu sendiri)
3. Penerima,
orang yang menerima pesan tersebut.
2. Model
Komunikasi David K.Berlo
Dalam model komunikasi David K.Berlo, diketahui bahwa komunikasi terdiri dari 4 Proses Utama yaitu SMRC (Source, Message, Channel, dan Receiver) lalu ditambah 3 Proses sekunder, yaitu Feedback, Efek, dan Lingkungan.
Dalam model komunikasi David K.Berlo, diketahui bahwa komunikasi terdiri dari 4 Proses Utama yaitu SMRC (Source, Message, Channel, dan Receiver) lalu ditambah 3 Proses sekunder, yaitu Feedback, Efek, dan Lingkungan.
1. Source
(Sumber), Sumber adalah seseorang yang memberikan pesan atau dalam komunikasi
dapat disebut sebagai komunikator. Walaupun sumber biasanya melibatkan
individu, namun dalam hal ini sumberjuga melibatkan banyak individu. Misalnya,
dalam organisasi, Partai, atau lembaga tertentu. Sumber juga sering dikatakan
sebagai source, sender, atau encoder.
2. Message
(Pesan), pesan adalah isi dari komunikasi yang memiliki nilai dan disampaikan
oleh seseorang (komunikator). Pesan bersifat menghibur, informatif, edukatif,
persuasif, dan juga bisa bersifat propaganda. Pesan disampaikan melalui 2 cara,
yaitu Verbal dan Nonverbal. Bisa melalui tatap muka atau melalui sebuah media
komunikasi. Pesan bisa dikatakan sebagai Message, Content, atau Information
3. Channel
(Media dan saluran komunikasi), Sebuah saluran komunikasi terdiri atas 3
bagian. Lisan, Tertulis, dan Elektronik. Media disini adalah sebuah alat untuk
mengirimkan pesan tersebut. Misal secara personal (komunikasi interpersonal),
maka media komunikasi yang digunakan adalah panca indra atau bisa memakai media
telepon, telegram, handphone, yang bersifat pribadi. Sedangkan komunikasi yang
bersifat massa (komunikasi massa), dapat menggunakan media cetak (koran,
suratkabar, majalah, dll) , dan media elektornik(TV, Radio). Untuk Internet,
termasuk media yang fleksibel, karena bisa bersifat pribadi dan bisa bersifat
massa. Karena, internet mencakup segalanya.
Saluran Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi adalah sebuah tindakan
untuk berbagi informasi, gagasan atau pun pendapat dari setiap partisipan
komunikasi yang terlibat didalamnya guna mencapai kesamaan makna. Tindak
komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam berbagai konteks. Konteks
komunikasi yang telah dibahas pada modul-modul sebelumnya adalah
komunikasi antarpribadi (interpersonal Communication) dan komunikasi
kelompok.Konteks komunikasi selanjutnya yang akan kita bahas adalah komunikasi
organisasi.
Tindak komunikasi dalam suatu
organisasi berkaitan dengan pemahaman mengenai peristiwa komunikasi yang
terjadi didalamnya, seperti apakah instruksi pimpinan sudah dilaksanakan dengan
benar oleh karyawan atau pun bagaimana karyawan/bawahan mencoba menyampaikan
keluhan kepada atasan, memungkinkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan
dapat tercapai sesuai dengan hasil yang diharapkan. Ini hanya satu contoh
sederhana untuk memperlihatkan bahwa komunikasi merupakan aspek penting dalam
suatu organisasi, baik organisasi yang mencari keuntungan ekonomi maupun
organisasi yang bersifat sosial kemasyarakatan.
Pengertian komunikasi Organisasi
Sebelum membahas pengertian komunikasi
organisasi sebaiknya kita uraikan terminologi yang melekat pada konteks
komunikasi organisasi, yaitu komunikasi dan organisasi. Komunikasi
berasal dari bahasa latin “communis” atau ‘common” dalam Bahasa Inggris yang
berarti sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mencapai kesamaan
makna, “commonness”. Atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi
kita mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan
lainnya. Kendala utama dalam berkomunikasi adalah kita seringkali
mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang sama.
Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss
dalam Human Communication menguraikan ada tiga model dalam komunikasi:
1. Model
komunikasi linier (one-way communication), dalam model ini komunikator
memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa
mengadakan seleksi dan interpretasi. Komunikasinya bersifat monolog.
2. Model
komunikasi interaksional. Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada
tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung
bersifat dua arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran
ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang
lain bertindak sebagai komunikan.
3. Model
komunikasi transaksional. Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam
konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini
menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang
tidak dapat dikomunikasikan.
Mengenai organisasi, salah satu
defenisi menyebutkan bahwa organisasi merupakan suatu kumpulan atau sistem
individual yang melalui suatu hirarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya
mencapai tujuan yang ditetapkan. Dari batasan tersebut dapat digambarkan
bahwa dalam suatu organisasi mensyaratkan:
Adanya suatu jenjang jabatan ataupun
kedudukan yang memungkinkan semua individu dalam organisasi tersebut memiliki
perbedaan posisi yang jelas, seperti pimpinan, staf pimpinan dan karyawan.
Adanya pembagian kerja, dalam arti
setiap orang dalam sebuah institusi baik yang komersial mau pun sosial,
memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.
Dengan landasan konsep-konsep
komunikasi dan organisasi sebagaimana yang telah diuraikan, maka kita dapat memberi
batasan tentang komunikasi organisasi secara sederhana, yaitu komunikasi
antarmanusia (human communication) yang terjadi dalam kontek organisasi.
Atau dengan meminjam definisi dari Goldhaber, komunikasi organisasi diberi
batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling
bergabung satu sama lain (the flow of messages within a network of
interdependent relationships).
Sebagaimana telah disebut terdahulu,
bahwa arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan
komunikasi horisontal. Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai
perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald Adler dan George Rodman dalam
buku Understanding Human Communication, mencoba menguraikan masing-masing,
fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut sebagai berikut:
1. Downward
communication
yaitu komunikasi yang berlangsung
ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada
bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:
a. Pemberian
atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)
b. Penjelasan
dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job
retionnale)
c. Penyampaian
informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices)
d. Pemberian
motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
2. Upward
communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate)
mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke
atas ini adalah:
a. Penyampaian
informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan
b. Penyampaian
informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat
diselesaikan oleh bawahan
c. Penyampaian
saran-saran perbaikan dari bawahan
d. Penyampaian
keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
3. Horizontal
communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan
ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus
komunikasi horisontal ini adalah:
a. Memperbaiki
koordinasi tugas
b. Upaya
pemecahan masalah
c. Saling
berbagi informasi
d. Upaya
pemecahan konflik
e. Membina
hubungan melalui kegiatan bersama.
Proses Komunikasi
Dalam dataran teoritis, paling tidak
kita mengenal atau memahami komunikasi dari dua perspektif, yaitu:
Perspektif kognitif.
Komunikasi menurut Colin Cherry, yang mewakili perspektif kognitif adalah
penggunaan lambang-lambang (symbols) untuk mencapai kesamaan makna atau berbagi
informasi tentang satu objek atau kejadian. Informasi adalah sesuatu
(fakta, opini, gagasan) dari satu partisipan kepada partisipan lain melalui
penggunaan kata-kata atau lambang lainnya. Jika pesan yang disampaikan
diterima secara akurat, receiver akan memiliki informasi yang sama seperti yang
dimiliki sender, oleh karena itu tindak komunikasi telah terjadi.
Perspektif perilaku. Menurut BF.
Skinner dari perspektif perilaku memandang komunikasi sebagai perilaku verbal
atau simbolik di mana sender berusaha mendapatkan satu efek yang dikehendakinya
pada receiver. Masih dalam perspektif perilaku, FEX Dance menegaskan
bahwa komunikasi adalah adanya satu respons melalui lambang-lambang verbal di
mana simbol verbal tersebut bertindak sebagai stimuli untuk memperoleh
respons. Kedua pengertian komunikasi yang disebut terakhir, mengacu pada
hubungan stimulus respons antara sender dan receiver.
Setelah kita memahami pengertian
komunikasi dari dua perspektif yang berbeda, kita mencoba melihat proses
komunikasi dalam suatu organisasi. Menurut Jerry W. Koehler dan
kawan-kawan, bagi suatu organisasi, perspektif perilaku dipandang lebih praktis
karena komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mempengaruhi penerima (receiver).
Satu respons khusus diharapkan oleh pengirim pesan (sender) dari setiap pesan
yang disampaikannya. Ketika satu pesan mempunyai efek yang dikehendaki,
bukan suatu persoalan apakah informasi yang disampaikan tersebut merupakan
tindak berbagi informasi atau tidak.
Sekarang kita mencoba memahami
proses komunikasi antarmanusia yang disajikan dalam suatu model berikut:
Proses komunikasi diawali oleh
sumber (source) baik individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi
dengan individu atau kelompok lain, sebagai berikut:
Langkah pertama yang dilakukan
sumber adalah ideation yaitu penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat
informasi untuk dikomunikasikan. Ideation ini merupakan landasan bagi
suatu pesan yang akan disampaikan.
Langkah kedua dalam penciptaan suatu
pesan adalah encoding, yaitu sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam
wujud kata-kaya, tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk
menyampaikan informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain.
Pesan atau message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan gagasannya
dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan ataupun perilaku nonverbal seperti
bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar.
Langkah ketiga dalam proses
komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi (encode). Sumber
menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara, enulis, menggambar
ataupun melalui suatu tindakan tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita
mengenal istilah channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu
pesan. Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio
dan telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi setiap
materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi kata-kata
tertulis seperti: televisi, kaset, video atau ohp (overheadprojector).
Sumber berusaha untuk mebebaskan saluran komunikasi dari gangguan ataupun
hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki.
Langkah keempat, perhatian dialihkan
kepada penerima pesan. Jika pesan itu bersifat lisan, maka penerima perlu
menjadi seorang pendengar yang baik, karena jika penerima tidak mendengar,
pesan tersebut akan hilang. Dalam proses ini, penerima melakukan
decoding, yaitu memberikan penafsiran interpretasi terhadap pesan yang
disampaikan kepadanya. Pemahaman (understanding) merupakan kunci untuk
melakukan decoding dan hanya terjadi dalam pikiran penerima.
Akhirnya penerimalah yang akan menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan
bagaimana pula memberikan respons terhadap pesan tersebut.
Proses terakhir dalam proses
komunikasi adalah feedback atau umpan balik yang memungkinkan sumber
mempertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikannya kepada penerima.
Respons atau umpan balik dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber
dapat berwujud kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima
bisa mengabaikan pesan tersebut ataupun menyimpannya. Umpan balik inilah
yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi.
Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Dalam suatu organisasi baik yang
berorientasi komersial maupun sosial, tindak komunikasi dalam organisasi atau
lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai
suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system).
Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh
informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.
Informasi yang didapat memungkinkan
setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti
informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan
kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen
membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna
mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan
(bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan
kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan
dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada
semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi
regulatif ini, yaitu:
atasan atau orang-orang yang berada
dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk
mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka juga
mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam
struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of
authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana
semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah
banyak bergantung pada:
keabsahan pimpinan dalam
penyampaikan perintah
kekuatan pimpinan dalam memberi
sanksi
kepercayaan bawahan terhadap atasan
sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi
tingkat kredibilitas pesan yang
diterima bawahan.
berkaitan dengan pesan atau
message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada
kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang
pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi,
kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka
untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan
yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang
lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha
menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan
pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti
penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan
kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan
antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun
kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan
untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Memahami Komunikasi dalam Organisasi
Persoalan-persoalan mengenai gaya
komunikasi, pengeruh kekuasaan dalam organisasi dan upaya memperbaiki kemampuan
berkomunikasi dalam organisasi, merupakan bahan-bahan yang akan dibahas dalam
kegiatan belajar 2 berikut.
Gaya komunikasi atau communication
style akan memberikan pengetahuan kepada kita tentang bagaimana perilaku
orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan tindak berbagi
informasi dan gagasan. Sementara pada pengaruh kekuasaan dalam
organisasi, kita akan mengkaji jenis-jenis kekuasaan yang digunakan oleh
orang-orang dalam tataran manajemen sewaktu mereka mencoba mempengaruhi
kemampuan berkomunikasi dalam organsasi, kita akan diajak untuk memikirkan
bagaimana mendefinisikan tujuan kita sehubungan dengan tugas dalam organisasi,
bagaimana kita memilih orang yang tepat untuk diajak kerjasama dan bagaimana
kita memilih saluran yang efektif untuk melaksanakan tugas tersebut.
Gaya Komunikasi
Gaya komunikasi (communication
style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang
terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized
set of intexpersonal behaviors that are used in a given situation).
Masing-masing gaya komunikasi
terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan
respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula.
Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud
dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).
Ada enam gaya komunikasi, yaitu:
The controlling style
Gaya komunikasi yang bersifat
mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk
membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang
lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan
nama komunikator satu arah atau one-way communications.
Pihak-pihak yang memakai controlling
style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan
dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa
ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai
rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau
feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para
komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang
lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa
orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag berasal dari
komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan
bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang
dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai
untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan
pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat
mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain
memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.
2. The
equalitarian style
Aspek penting gaya komunikasi ini
ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication
ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan
maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak
komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi
dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai
dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota
organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi
yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian
yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik
dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The
equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi,
sebaba gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam
situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang
kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak
berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
3. The
structuring style
Gaya komunikasi yang berstruktur
ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna
memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan
serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi
perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi
informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku
dalam organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau
of Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi dari
kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau
Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa
pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu
merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi,
kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
muncul.
4. The
dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini
memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami
bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan
(action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai
oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga
(salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang
agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja
dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif
digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun
dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup
untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5. The
relinguishing style
Gaya komunikasi ini lebih
mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang
lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan
(sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi
ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan
orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia
untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6. The
withdrawal style
Akibat yang muncul jika gaya ini
digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari
orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena
ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh
orang-orang tersebut.
Dalam deskripsi yang kongkrit adalah
ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan
ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari
tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari
berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak
dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.
Gambaran umum yang diperoleh dari
uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style of communication merupakan
gaya komunikasi yang ideal. Sementara tiga gaya komunikasi lainnya:
structuring, dynamic dan relinguishing dapat digunakan secara strategis untuk
menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya
komunikasi terakhir: controlling dan withdrawal mempunyai kecenderungan
menghalangi berlangsungnya interaksi yang bermanfaat dan produktif.
Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Dalam suatu organisasi baik yang
berorientasi komersial maupun sosial, tindak komunikasi dalam organisasi atau
lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi
informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai
suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system).
Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh
informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.
Informasi yang didapat memungkinkan setiap
anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi
pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan
dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan
informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi
konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan)
membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan,
izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan
dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada
semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi
regulatif ini, yaitu:
1. Atasan
atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki
kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan.
Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau
perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan
pada lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya
dilaksanakan sebagaimana semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk
menjalankan perintah banyak bergantung pada:
keabsahan pimpinan dalam
penyampaikan perintah
kekuatan pimpinan dalam memberi
sanksi
kepercayaan bawahan terhadap atasan
sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi
tingkat kredibilitas pesan yang
diterima bawahan.
Berkaitan dengan pesan atau
message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada
kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang
pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi,
kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan
secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar
dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha
menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan
pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti
penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan
kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan
antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun
kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan
keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap
organisasi.
Hambatan-Hambatan Dalam Komunikasi
Suatu ketika keluarga kecil yang
memiliki anak berumur lebih kurang tiga tahun pulang kampung mengunjungi orang
tuanya. Betapa senang hati si nenek karena mendapat kunjungan dari anak dan
cucunya. Mereka bermain dan bercengkrama bersama hingga sore hari. Merekapun
bermaksud untuk kembali pulang kerumah. Karena si nenek masih rindu dan ingin
bermain dengan cucunya, maka si nenek meminta agar si cucu tinggal dan tidur
bersamanya. Akhirnya karena si nenek mendesak dan si cucupun mau, maka
jadilah si cucu menginap di rumah nenek dan kedua orang tuanya pun pulang.
Tengah malam, si cucu terbangun dari
tidurnya ingin buang air kecil. Lalu dia membangunkan neneknya. “Nek
bangun nek, aku mau nyanyi”. ( rupanya si cucu sudah terbiasa dengan orang
tuanya klo mau buang air bilang mau nyanyi). Si nenekpun bangun dan
berkata: “Cu, ini kan udah malam, besok aja nyanyinya ya”. Lalu merekapun
tidur lagi.
Tidak berapa lama, si cucupun
terbangun karena sudah gak tahan mau buang air kecil. “nek bangun nek, aku
mau nyanyi”, si cucu terus merengek kepada neneknya. Karena gak tahan dengan
rengekan cucunya maka si nenek berkata: “baiklah, kamu nyanyinya di teliga
nenek saja ya”. Kontan si cucupun mengencingi telinga neneknya. Dan nenekpun
terpaksa menahan marahnya. Rupanya orang tua si cucu lupa memberitahukan kepada
si nenek kalau si cucu mau buang air dia akan bilang mau nyanyi.
Demikianlah sebuah anekdot yang
berhubungan dengan hambatan dalam beromunikasi. Banyak hal yang bisa menghambat
untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Menurut Leonard R.S. dan George
Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel sebagaimana yang dikutip
oleh Herujito (2001), ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif,
yaitu :
a. Mendengar
Biasanya kita mendengar apa yang
ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun
tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita,
itulah yang ingin kita dengar.
b. Mengabaikan
informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
c. Menilai
sumber.
Kita cenderung menilai siapa yang
memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi tentang
suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
d. Persepsi
yang berbeda.
Komunikasi tidak akan berjalan
efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan si penerima pesan.
Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan
penerima pesan.
e. Kata
yang berarti lain bagi orang yang berbeda.
Kita sering mendengar kata yang
artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang menyebut akan datang
sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang menanggapinya.
Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam atau satu jam
kemudian.
f. Sinyal
nonverbal yang tidak konsisten.
Gerak-gerik kita ketika
berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan aktivitas kita
pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi
yang berlangsung.
g. Pengaruh
emosi.
Pada keadaan marah, seseorang akan
kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita atau informasi yang diberikan,
tidak akan diterima dan ditanggapinya.
h. Gangguan.
Gangguan ini bisa berupa suara yang
bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh, dan lain sebagainya.
Itulah beberapa hal yang dapat
menghambat terjadinya komunikasi yang efektif. dari anekdot tadi dapat kita
lihat bahwa kata “nyanyi” di artikan berbeda antara si nenek dengan si
cucu. Nenek mengartikan kata nyanyi dengan arti sebenarnya, sedangkan si
cucu, -karena telah biasa menggunakan kata nyanyi untuk buang air kecil-, mengartikan
“nyanyi” sebagai buang air kecil.
UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS
KOMUNIKASI ORGANISASI
Manusia di dalam kehidupannya harus
berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau
masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa
sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan
sesamanya. Dalam kehidupannya manusia sering dipertemukan satu sama lainnya
dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem
sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis, peringkat, bentuk dan
jumlah interaksi yang berlaku.
Proses dalam organisasi adalah salah
satu faktor penentu dalam mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses
yang akan selalu terjadi dalam organisasi adalah proses komunikasi. Melalui
organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman. Mengingat
perannya yang penting dalam menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian
yang cukup perlu dicurahkan untuk mengelola komunikasi dalam organisasi. Proses
komunikasi yang begitu dinamik dapat menimbulkan berbagai masalah yang
mempengaruhi pencapaian sebuah organisasi terutama dengan timbulnya salah faham
dan konflik.
Komunikasi memelihara motivasi
dengan memberikan penjelasan kepada para pegawai tentang apa yang harus
dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya dan apa yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kinerja jika sedang berada di bawah standar.
Aktivitas komunikasi di perkantoran
senantiasa disertai dengan tujuan yang ingin dicapai. Budaya komunikasi dalam
konteks komunikasi organisasi harus dilihat dari berbagai sisi. Sisi pertama
adalah komunikasi antara atasan kepada bawahan. Sisi kedua antara pegawai yang
satu dengan pegawai yang lain. Sisi ketiga adalah antara pegawai kepada atasan.
Masing-masing komunikasi tersebut mempunyai polanya masing-masing.
Di antara kedua belah pihak harus
ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal
balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai
cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu
organisasi.
Komunikasi merupakan sarana untuk
mengadakan koordinasi antara berbagai subsistem dalam perkantoran.
MenurutKohler ada dua model komunikasi dalam rangka meningkatkan kinerja dan
mencapai tujuan perkantoran ini. Pertama, komunikasi koordinatif, yaitu proses
komunikasi yang berfungsi untuk menyatukan bagian-bagian (subsistem)
perkantoran. Kedua, komunikasi interaktif, ialah proses pertukaran informasi
yang berjalan secara berkesinambungan, pertukaran pendapat dan sikap yang
dipakai sebagai dasar penyesuaian di antara sub-sub sistem dalam perkantoran,
maupun antara perkantoran dengan mitra kerja. Frekuensi dan intensitas
komunikasi yang dilakukan juga turut mempengaruhi hasil dari suatu proses
komunikasi tersebut.
No comments:
Post a Comment