Monday, June 16, 2014

SURAT KECIL UNTUK BUNDA

SURAT KECIL UNTUK BUNDA Cakrawala senja yang indah menawan terlihat sebuah keluarga yang asyik berliburan di pantai. Eh ternyata ada seorang bidadari cantik yang sedang duduk sendirian sepi di tepi pantai memandang indahnya keindahan alam yang telah dianugrahi Sang Maha Kuasa. Gadis itu mempunyai lesung pipit di sebelah kiri pipinya yang terlihat begitu manis disaat dia tersenyum. Dia memliki tinggi badan sekitar 170 cm, menatap sang mentari senja yang akan segera angslup ke cakrawala. Seakan-akan tak ingin melewatkan keindahan ini. Dia tersenyum dan terus tersenyum menatapinya. Sementara jam telah menunjukkan pukul 18.30 Wib sudah seharusnya gadis yang berusia 19 tahun ini pulang ke rumah, tapi entah mengapa gadis yang bernama Anjani ini memilih bertahan duduk di tepi pantai dengan terdiam sambil menebarkan senyuman itu. Ada seorang nelayan yang tengah lewat pulang dari melaut dia menyapa gadis ini, “Neng, kok duduk sendirian di hari senja ini”. Gadis ini tetap membisu sambil menebarkan senyumannya yang seolah-olah tak kedengaran sapaan itu olehnya. Nelayan pun heran sambil menggelengkan kepala melihat sikap gadis ini dan segera pulang ke rumahnya yang berjarak sekitar 100 meter dari pantai itu. “Anjani… hari sudah hampir malam ayo kita pulang ke rumah nak!, panggilan ibunya. “ya, Bu sebentar lagi aku pulang”. Balas Anjani. Jarum jam pun terus berputar hingga jam sekarang menunjukkan jam 18:45 Wib, tapi gadis ini masih juga duduk terdiam di tempat duduknya itu seolah-olah tidak mau pulang bersama ibu dan ayahnya. “Nak, kamu lihat nggak hari sudah gelap ayo pulang Nak, nggak baik seorang gadis duduk di luar rumah malam-malam”. Ujar ibunya yang menghampirinya dengan sedikit cemas. “Ya, Bu ayo kita pulang”. pasrahnya. Akhirnya Anjani pun pulang bersama ibunya dengan bergegas-gegas menaiki mobil berwarna biru itu dikarenakan hari yang semakin gelap. Setiba di rumah Anjani langsung memasuki kamar tanpa menjawab sapaan dari kakaknya yang bernama Baron Sakti. “Ayah, akhir-akhir ini kok anak kita agak sedikit aneh jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya”. Tanya Ibu kepada ayah sambil berjalan menuju meja makan. “Entahlah Bu, ayah juga heran dengan kelakuan anak kita kerjanya melamun dan melamun sambil tersenyum ria melihat keindahan sunset di setiap sore”. Balas Ayah. “ya sudah besok saja kita bahas sekarang ibu panggil anak mu supaya dia mau makan malam bersama kita. Tuk tuk, suara ketukan pintu kamar Anjani, “Nak, ayo kita makan malam bersama ibu, ayah dan nenek malam ini”. Panggil ibunya dari luar kamarnya. Anjani tak menjawab panggilan dari ibunya, Anjani sedih karena dia tidak pernah mendapat perhatian dari kedua orangtuanya. Ayahnya sibuk mengurus pekerjaan di sebuah instansi perkantoran pemerintah, begitu juga dengan ibunya yang juga sibuk bekerja di instansi bank sehingga dia tak pernah mendapat asuhan dan didikan dari kedua orangtua. Semakin hari kelakuan Anjani terlihat semakin aneh, jam 18:00 WIB dia sudah duduk di tepi pantai itu menunggu keindahan sunset yang akan segera muncul. Semakin hari ibu dan ayah heran melihat tingkah dari anak gadis ini. Setiap hari sepasang suami istri ini sibuk bekerja sehingga anaknya tidak pernah mendapatkan perhatian penuh mereka tidak tahu apa kegiatan sehari-hari anaknya itu. Anjani adalah gadis yang gemar menulis, setiap hari di sekolah kerjanya cuma menulis dan menulis cerita, disaat guru menerang pelajaran kerjanya masih tetap menulis entah cerita apa yang ditulis di dalam diarynya itu, terkadang dia melamun dibangkunya sambil memainkan pena di jarinya itu seakan-akan dia memikirkan ide untuk melanjutkan tulisannya. Di suatu saat Anjani pernah menulis cerita hidupnya dalam buku catatan hariannya yang biasanya tergeletak di atas meja belajar dalam kamarnya di waktu itu. Isi tulisan itu adalah sebagai berikut. “Hari ini tanggal 21 januari aku sangat bahagia, karena aku resmi berpacaran dengan cowok yang gagah, tampan, berbadan tegap dia bernama Denis yang diidolakan oleh semua cewek di sekolah kami, tapi Denis lebih memilih aku dibandingkan dengan cewek lain. Aku sangat bahagia.” Inilah hadiah kado ulang tahunku seumur hidupku yang paling berharga bagiku. Di hari kemudian ada seorang cewek yang datang ke rumah Anjani namanya sinta, dia adalah teman akrab Anjani di sekolah. “Bu, Anjaninya ada di rumah bu?”. Tanya gadis ini kepada ibu aisyah. “Anjaninya keluar tadi entah kemana Nak, ibu saja baru pulang dari kantor, pas ibu pulang terlihat rumah kosong nggak ada siapa-siapa, ada apa kamu mencarinya.” Balas Ibu. “Nggak ada bu, kami ada janji sesuatu”. Gumamnya. Terlihat jam sudah jam 18:00 WIB Anjani pun tak kunjung pulang ibunya merasa cemas sehingga ibunya menyuruh Baron untuk mencari adiknya. Baron pun segera mencari Anjani keluar. Tapi apalah guna baron pulang dengan sendirian pukul 19.30 WIB dalam arti Anjani tidak ditemukan. Tak lama kemudian terlihat sebuah mobil biru yang berhenti di depan rumah Anjani, eh ternyata Anjani sudah pulang yang di antar oleh Denis. Anjani langsung memasuki rumah dan langsung masuk ke dalam kamar tanpa membalas sapaan dari ibu dan baron. Semakin hari kelakuan Anjani tak kunjung berubah, kerjanya pulang malam terus bersama Denis sementara ibu dan ayahnya tak pernah tahu bahwa mereka berpacaran. Pernah ibu menanyakan kepada Anjani tentang teman laki-laki yang bernama Denis itu, tapi Anjani menjawab bahwa Denis adalah teman sekolahnya. Dengan sifat ibunya yang begitu polos tak ingin tahu menahu tentang anaknya sehingga ibunya percaya bahwa Denis itu adalah teman biasanya Anjani. Keesokan harinya terlihat Anjani dan teman-temanya duduk di bawah pohon rindang di dekat cafe di sekolahnya, tampaknya mereka bersuka-suka ria di sana, yang tak terasa Anjani mengeluarkan uang untuk traktir teman-temanya. “Sekarang jam 13.30 WIB ayo kita pulang lagi sudah waktunya jam pelajaran terakhir habis”. Ujar Heni. Mereka pun pulang bersama mobil jazz milik Anjani yang berwarna biru itu. Setiba di rumah Anjani langsung memasuki kamar dan dia langsung mengambil pena dan segera memainkannya di atas buku hariannya yang bertuliskan sebagai berikut. “Hari ini adalah hari yang sangat mengembirakan aku menghabiskan waktu ku hanya bermain-main saja bersama teman-temanku di sekolah tanpa ada bebas. Husss… senangnya”. Tak lama kemudian dering hanphonenya pun berbunyi ketika dia baru menyelsaikan tulisannya dan terlihat bertuliskan “saiyangku” memanggil. Anjani menjawab panggilan itu. Percakapan pun dengan pacarnya itu berlangsung. Tak terasa sudah semakin enaknya ngobrol hingga mencapai menit ke 00.53 rasa rindu pun muncul antara Anjani dan Denis. Denis bertanya kepada Anjani “Yank, ibu dan ayah kamu kemana? boleh nggak aku berkenalan dengan mereka?” Anjani menjawab, “mereka nggak ada di rumah sekarang, lain kali aja ya! Balas Anjani. Dengan semakin-semakin lama dan lama ngobrolnya timbul gairah nafsu antara Anjani dan Denis. Denis bertanya balik pada Anjani, “Yank kamu mau nggak bermain ke rumah ku sekarang.” Ujarnya dengan genit. “Ah, tapi di rumahmu nggak ada siapa-siapa aku takut nanti jelek dilihat orang”. Balas Anjani dengan polos. “Kamu gimana sih, kamu nggak sayang lagi sama aku, kamu gitu ya sekarang. Kata Denis. Setelah dipikir-pikir ternyata Anjani pun berubah pikiran dan mengatakan “Bahwa aku akan segera kesana.” “Kalau kamu sudah sampai di rumah kamu langsung saja masuk ya kemaren kan sudah aku kasih tahu di sebelah mana kamar ku”. Kata Denis lagi. Tak lama kemudian Anjani pun datang ke rumah Denis dan segera masuk. Di waktu membuka pintu ternyata terlihat seorang nenek tua, tuli dan matanya rabun yang sedang tidur di sofa. Secara diam-diam dan perlahan Anjani pun memasuki kamarnya Denis tanpa sepengetahuan neneknya itu. Denis pun menyambutnya dengan sangat gembira bisa berduaan dengan Anjani tanpa diketahui oleh orangtua dan neneknya. Sering kita dengar perkataan orangtua itu bahwa kalau kita berduaan di tempat sunyi dengan lawan jenis pasti muncul orang ke tiga yang menyelib di tengah kita yaitu syaitan. Ternyata hal itu terjadi pada Anjani dan Denis tanpa disadari mereka pun melakukannya untuk melampiaskan rasa rindu antara satu sama lain. Setelah dua jam berlalu terdengar lagi nada hanphone Anjani berbunyi yang tertulis Mama Memanggil. Anjani pun membalas panggilan dari ibunya itu, sambil berpelukan dengan pacarnya. “Nak, kamu dimana apakah kamu ada di rumah.” Kata ibunya lewat handphone. “Ya bu, sekarang aku di rumah”. Balasnya. “Ya udah, kamu bersih-bersih dulu ya tiga puluh menit lagi ibu sampai di rumah ibu mau ngajak kamu liburan ke sebuah Mall. Mengetahui ibunya akan segera pulang Anjani pun bangun dari tempat tidurnya dan bergegas merapikan pakaiannya untuk segera pulangi ke rumah, karena dia telah terlanjur mengatakan dia ada di rumah kepada ibunya. Tiga puluh menit kemudian ibu Anjani sampai di rumah yang melihat Anjani sedang tidur nyenyak, ibunya tak tega membangunkannya sehingga dia membatalkan untuk pergi ke Mall. Padahal Anjani hanya pura-pura tidur karena dia takut nanti kalau ketahuan bahwa dia baru pulang dari rumah Denis. Tiga bulan kemudian Anjani terserang penyakit sesak nafas ketika dia sedang duduk sendirian di tepi pantai tempat biasanya dia kunjungi. Dan dilarikan ke rumah sakit B yang keadaannya koma, tanpa ditemani oleh orangtuanya, yang ada hanya seorang nelayan yang duduk di sampingnya, karena seorang nelayan inilah yang melihatnya di waktu Anjani sedang duduk di tepi pantai yang biasa dia kunjungi itu dan langsung membawanya ke rumah sakit. Terdengar deringan hanphone di dalam saku baju Anjani dalam ruang rumah sakit itu, yang bertuliskan di monitornya “Mama Memanggil” kemudian dengan rasa kebingungan nelayan pun mengangkat hanphone dan segera membalasnya dengan memberitahu bahwa “Anak ibu sekarang berada di rumah sakit B.” Dengan terkejut Ibu Aisyah langsung meninggalkan pekerjaannya dan segera berangkat ke rumah sakit dan memberitahu ayah dan baron kakaknya Anjani, untuk segera berangkat ke rumah sakit itu. Dengan bergegas mereka semua berangkat ke rumah sakit yang jaraknya sekitar 1 jam perjalanan. Sesampai di rumah sakit terlihat seorang nelayan sedang menangis terisak-isak karena sebelumnya Anjani telah menceritakan kisah hidupnya tentang kelalain kedua orangtuanya mengasuhnya sehingga tanpa dia sadari sekarang dia hamil 3 bulan di luar nikah. Tak lama kemudian terlihat seorang dokter keluar dari ruang ICU dan menggelengkan kepalanya dan nelayan ini bertanya kepada dokter dengan rasa cemas. “Dok, bagaimana keadaannya gadis ini”. Dokter menjawab “Kami dari tim dokter sudah berusaha semaksimalnya, namun hasilnya kehendak Yang di Atas Pak”. Mendengar dokter spesialis jantung itu berkata “Anjani tak tertolong lagi karena paru-parunya sudah parah, Maaf Pak.” Ibu, ayah dan baron pun juga menangis terisak-isak bahwa anaknya telah tiada lagi. Satu minggu kemudian ibu Aisyah stres memikirkan anaknya. Dia sangat menyesali perbuatannya karena kelalalian dalam mendidik anak yang mementingkan karier dari pada anak sehingga dia tidak tahu entah apa yang dilakukan Anjani selama ini. Di tengah malam yang sunyi ibu Aisyah terbangun dan terdiam sambil berpikir “Mengapa aku lebih mementingkan karier sementara aku tidak memerhatikan anak ku sendiri”. Batinnya sambil mengeluarkan air mata. Ayah pun terbangun karena mendengar ibu menangis terisak-isak. “Sudahlah bu tidak usah menangis setiap malam seperti ini, semuanya telah terjadi disinilah kita hanya bisa mengambil pelajaran semua ini”. Ujar Ayah sambil memeluk Ibu aisyah. Dengan merasa penuh peyesalan ibu Aisyah dan ayah memasuki kamar Anjani dan melihat foto-fotonya yang berjejeran di dindingnya itu karena malam ini adalah hari ulang tahun Anjani. Ketika di kamar terlihat ada sebuah buku diary Anjani yang bertuliskan SURAT KECIL BUAT IBU disampulnya, yang tergeletak di sudut kiri kamar yang tempat biasanya Anjani belajar. Ibu pun membukanya dan membaca satu-persatu dari tulisan ini. Semua tulisan itu berisi tentang cerita sehari-hari Anjani. Dan pas pada halaman terakhir halaman 21 dan sekaligus pada malam 21 januari itu Anjani menulisan kisah menulis surat buat bundanya yang bertuliskan. Bu, maafkan aku jika aku telah membohongi ibu selama ini, bukannya aku benci ibu tapi aku sedikit kecewa bu, karena aku tak pernah mendapat perhatian dan kasih sayang sepenuhnya dari ibu dan ayah, aku ingin seperti dengan teman-teman ku yang lain bu, yang bisa berkumpul dengan keluarganya setiap saatnya. Aku merasa kesal bu dan aku juga butuh belaian dari ibu. Sekarang tanggal 21 januari aku melakukan hal yang tak seharusnya aku lakukan. Tapi karena ibu tidak pernah memberi aku nasehat kepada aku, aku tak tahu bagiamana aku bisa menjalani hari-hari aku dengan penuh rasa nyaman. Aku hanya bisa melampiaskan rasa kecewa ini dengan melakukan hubungan s*ks dengan laki-laki bu. Bu, maafkan aku, Jika aku telah tiada lagi bisa menatap indahnya kuningan senja, aku berharap jangan kau biarkan adik dan kakakku seperti aku yang tak pernah mendapat belaian kasih sayang dari kalian. Dengan isak tangis yang begitu membatin akhirnya tulisan itu selesai juga dibaca walaupun tulisan tersebut telah dibasahi dengan air mata dari ibu Aisyah ini. Akhirnya kedua orangtua ini sangat menyesali semua perbuatannya dan keduanya berjanji tidak akan pernah menyiakan anak-anaknya lagi kelak. “Maafkan ibu Nak, karena kelalaian ibu selama ini kamu tidak mendapatkan didikan dari kami”. Ujar kedua orangtua ini sambil menangis penuh penyesalan dan bepelukan erat.

No comments:

Post a Comment